Artikel & Opini

Talents Mapping, Ilmu Kasbi Pengantar Kemajuan Zaman

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini, Berita Sekolah

TANGERANG – Ilmu talents mapping atau menemukan bakat anak merupakan bagian dari ilmu kasbi dalam Islam. Yakni Ilmu yang diperoleh dari hasil penelitian,pengkajian, eksperimen, dan pengalaman. Pengalaman-pengalaman ini dikumpulkan, lalu diambil kaidah-kaidah umumnya sehingga menjadi panduan.

Ilmu kasbi ini menurut Ustadz Amir sangatlah penting. Ia melengkapi ilmu taufiqi yang datang langsung dari Allah berupa wahyu, bersifat fundamental seperti Al-Qur’an dan hadist. Jika ilmu taufiqi bersifat global, maka kasbi lebih detil.

“Karena itu dalam Islam para ulama kita adalah para ulama yang paling awal dalam memunculkan ilmu dengan dua dimensi ini,” tandas Ustadz Amir menanggapi pemaparan Andri Fajria, praktisi talents mapping dan juga founder Sekolah Alam Tangerang, dalam sebuah webinar pendidikan soal bakat minat anak beberapa waktu lalu.

Misalnya dulu kita mengenal Imam Al-Khuwarizmi, lanjut Ustadz Amir. Beliau seorang ulama, seorang ulama fiqih, ulama tafsir, ulama syariah. Tapi di saat yang sama beliau melakukan penelitian. Akhirnya berhasillah beliau mencetuskan ilmu aljabar. Ilmu aljabar ini atau rumusan-rumusan aljabar ini yang kemudian sekarang menjadi konsep dasar programer dalam ilmu komputer.

“Jadi munculnya ilmu komputer ini karena ada ilmu aljabar. Seandainya tidak ada ilmu aljabar tidak mungkin lahir komputer seperti sekarang ini,” ujarnya.

Testimoni

“Seharusnya memang sekolah-sekolah itu mulai sekarang ini ada namanya gerakan bakat oriented. Nah ini tokohnya ya Pak Andri ini ya,”  (Ustadz Amir, 2021)

Review Pengalaman Belajar Ke Korea

1 Komentar / Artikel/ Opini

Belajar dengan meng-alam-i (Experiential learning) adalah salah satu kekhasan metoda belajar di Sekolah Alam.

Pengalaman merantau ke Korea, mungkin bisa setara atau melebihi pelajaran teori tentang negeri korea selama 1 semester. Dari mana ukurannya? Saya coba tuangkan pengalaman ke Korea dalam tulisan – tulisan singkat per topik. Ada sekitar 30 judul/topik yang bisa dituliskan. Bila setiap judul dijadikan 1 tema dan dibahas dalam 1 pekan, maka total bahasannya kurang lebih setara dengan 1 semester. Dan sudah pasti ada pengalaman yang tidak bisa diperoleh dari pelajaran teori, yaitu soal RASA atau Emotional Experience . Antara lain :

  1. Rasa bangga menjadi duta Indonesia.

  2. Rasa senang menjalin persahabatan dengan teman di negara lain.

  3. Rasa grogi menampilkan performance di luar negeri.

  4. Rasa bingung memilih makanan asing yang belum akrab di perut.

  5. Rasa ragu – ragu dan takut (salah) memilih makanan halal.

  6. Rasa bingung karena ingin banyak ngobrol tapi belum lancar bahasa Inggris… sementara lawan bicaranya juga pengucapan bahasa Inggrisnya kurang jelas.

  7. Rasa bingung bersikap, khawatir dianggap kurang sopan dalam budaya Korea.

  8. Rasa kagum melihat keteraturan kota Seoul dan sekitarnya.

  9. Rasa nyaman merasakan public transportation di Seoul dan sekitarnya.

  10. Rasa senang merasakan cuaca yang berbeda dengan di Tangerang (Temperatur -2 sampai 18 derajat Celcius, dingiiiin banget Bro…).

  11. Rasa bangga memamerkan foto – foto di sosmed. “Lihat nih…. Gw lagi di luar negeri Bro”

  12. Rasa aneh mendadak jadi buta huruf…. banyak tulisan keriting di mana – mana.

Itulah diantaranya 12 rasa pengalaman merantau ke Korea versi SM Surau Merantau. Dimirip – miripkan dengan cerita versi On The Spot di televisi Indonesia.

Selain itu pasti masih banyak… tapi penulisnya terkendala waktu.

Tangerang, 25 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Belajar Adaptasi Makanan Korea

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini

Jangan kira kalau merantau ke luar negeri cuma perlu adaptasi bahasa dan cuaca yaaa…. Perut ini pun perlu belajar beradaptasi dengan makanan setempat.

Alhamdulillah nasi juga merupakan makanan pokok orang Korea sehingga tidak ada masalah. Namun perlu berhati – hati dengan nasi yang ada campurannya (semacam nasi goreng) yang walaupun kelihatannya berisi kacang polong dan wortel, ketika diaduk – aduk ternyata ada slice daging persegi berukuran sangat kecil…. waduh, jadi batal makan deh…

Kimchi selalu terhidang di meja makan. Tapi pengalaman makan kimchi pertama kali di sekolah Incheon Yangchon Middle School yang rasanya asam, membuat saya takut – takut makan Kimchi di tempat lain. Mengapa rasanya asam ? Karena Kimchi adalah sayuran yang di fermentasi, supaya awet… Sebab Korea mengalami musim salju di mana saat itu sayuran tidak bisa tumbuh. Maka kimchi adalah cara mereka untuk bisa makan sayur di musim dingin.

Seafood yang disajikan umumnya adalah cumi – cumi (squid) yang diberikan bumbu saos asam pedas dan bawang bombay. Kalau di googling, namanya “Ojingeo Bukkeum”. O ya bawang sepertinya sering sekali ada di banyak masakan korea. Padahal kan bau mulut setelah makan bawang jadi “harum”. Mungkin ada hubungannya dengan kebiasaan Mrs. Kiong “gosok gigi sambil jalan” setelah makan.

Orang Korea suka sekali makan sayur. Saat 2 kali kami berkesempatan makan siang di sekolah, menunya adalah : nasi + 3 sayuran + “bakwan” isinya sayuran juga /mirip dengan tempura di Jepang.

Sayur favorit kami adalah “Sop Rumput laut” miyeokguk.

Yang menurut saya cukup unik adalah…. kerak nasi yang menempel di kuali, dituangi air, lalu diminum. Kata mereka, ini adalah minuman teh pertama mereka dan hidangan untuk para raja. Filosofinya nya adalah : anti mubazir dan memyehatkan. Padahal kalau dalam bahasa kita, ini adalah “air tajin”.

Walaupun porsi makan orang Korea lebih banyak dari Kami, anehnya tidak ada guru yang gemuk di sekolah. Menurut mereka, hal itu disebabkan berjalan kaki 2 KM setiap hari adalah hal yang biasa buat mereka.

Stasiun Bekasi, 26 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Tersesat di Negeri Asing

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini, Berita Sekolah

Dalam perjalanan ini, Bunda Awal adalah tour leader kami. Sebelumnya beliau telah mengikuti program “Indonesian – Korean Teacher Exchange Program” selama 4 bulan di tahun 2017. Pengalaman itu membuat kami mempercayakan segala sesuatunya kepada beliau. Pokoknya seluruh anggota tim tinggal ikut ajalah kemanapun Bunda Awal pergi.

Siang itu ternyata sedang ada aksi demonstrasi di Seoul. Sebenarnya ingin juga sih bergabung…. apalagi kami juga bawa spanduk (spanduk “Pertukaran Pelajar” SAT – Incheon Yangchon hehehe…). Tapi ah jangan “cari penyakit” di negeri orang.

Sehubungan dengan demo tersebut, sebagian jalan ditutup. Gawatnya, destinasi kami berikutnya terhalangi oleh demo. Bunda Awal dan separoh anggota tim mencari informasi jalan kepada penduduk sekitar. Separoh anggota lagi beristirahat sambil foto – foto di bawah pepohonan.

Sepuluh menit kemudian, masuk telepon dari Bunda Awal. Sisa rombongan diminta bergerak mengikuti arahannya di telepon.

Menurut Anda, ….apa yang kemudian terjadi ???

Kami tidak paham nama – nama tempat yang disebutkan Bunda Awal. Kalau bergerak belok kanan, kiri, dst tentu kami faham. Tapi ternyata posisi kami berbeda dengan yang disebutkan Bunda Awal. Perempatan yang mana ?

Terowongan yang mana ?

Betul kami sudah sampai tepi sungai, tapi bukan bagian yang disebutkan Bunda Awal.

Berkali – kali Bunda Awal menyebutkan: “Yang ada tulisan I-Seoul-U”, tapi nggak ada gedung bertuliskan itu di dekat kami.

Sebenarnya sih menurut saya gampang aja… tinggal dikirimkan video posisi nya. Nanti kami cari berdasarkan gambar dalam video.

Akhirnya kami sampai juga di I-seoul-u. Tapi ternyata tim sudah bergerak ke tempat lain !!! Karena sudah mepet ke agenda berikutnya.

Maka kami mintakan alamat tujuan, lalu dicari di Google Map. Alhamdulillah tidak sulit menemukan cara menuju ke Seoul Centre Mosque. Sudah ada info kendaraan umum ke sana di Google Map.

Kesimpulan :

Jangan takut tersesat di negara asing, selama tujuan diketahui, dan quota internet masih ada….

Yuk kita merantau backpackeran aja…

Seoul Central Mosque

20 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Sharing in “Indonesian Cultural Class” di Incheon Yangchon Middle School

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini

Hari Jum’at 23 November 2019 adalah hari terakhir kami di Sekolah Incheon Yangchon. Para rangmuda/i mendapat kesempatan sharing tentang budaya Indonesia kepada siswa/i Korea.

Materi presentasinya terdiri dari 3 bagian : destinasi wisata, permainan tradisional, dan makanan/minuman khas Indonesia.

Kalimat pembuka dari Fawwaz (nama koreanya “Him”) sangat passs….”Indonesia adalah negeri yang sangat luas. Saat kalian datang ke Indonesia, kalian baru melihat sebagian kecil dari Indonesia. Ada banyak sekali tujuan wisata yang perlu kalian lihat”…. (plok plok plok). Seandainya Mentri Pariwisata ada di sini, Kamu bisa diangkat jadi Duta Besar lho Him…).

Destinasi wisata yang diperkenalkan adalah : Monas, Danau Toba dan Pulau Komodo.

#padahal saya tahu persis rangmuda yang cerita itu baru pernah nyampe monas doang wkwkwkwk….

Di sessi berikutnya, para rangmuda memperkenalkan permainan tradisional bekel, taplak gunung dan engklek batok kelapa.

Permainan bekel ternyata cukup sulit bagi mereka yang belum terbiasa, karena membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang baik (kalau di SAT ini termasuk Domain Fisik, sub domain Body Awareness) untuk menangkap bola kecil yang memantul lalu mengambil biji bekel dengan cepat. Terlihat mudah, tapi ketika mereka coba sendiri ternyata kesulitan. Banyak yang penasaran mencoba terus sampai berkali – kali rangmuda harus mengucapkan “Time is up” ke setiap kelompok bermain.

Berikutnya adalah permainan engklek batok kelapa. Alamaaak… untuk menjepitkan tali di antara jari jempol dan telunjuk kaki pun mereka sudah kesulitan, apalagi untuk berjalan dan balapan. Hanya 1 orang siswa Korea (namanya Jhon) yang lancar bermain engklek batok kelapa.

Permainan tradisional terakhir adalah Tapak Gunung. Mrs Kiong, guru di sekolah itu, sangat antusias. Sepertinya beliau sering bermain itu di masa kecilnya. Tapi para siswa/i di sana tidak lagi mengenal permainan tersebut. Pokoknya serrru deh saat mereka mencoba bermain.

Sessi terakhir adalah makanan dan minuman khas Indonesia. Para rangmudi memperkenalkan Pempek, Bakso Malang dan Selendang Mayang. Alhamdulillah di Cooking Class mereka sudah mencoba membuat Bakso Malang. Sayangnya Kami nggak bawa Pempek dan Selendang mayangnya hehehe…

Bangga lho memperkenalkan budaya Indonesia kepada warga asing di negeri mereka…

Semoga tahun selanjutnya Kami bisa merantau lebih jauuuuh lagi.

Incheon, 23 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Membangun Persahabatan Lintas Negara

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini

Memiliki sahabat di negara lain yang akan Anda kunjungi selalu memberikan antusiasme yang didorong kerinduan untuk berjumpa dengan sang sahabat.

Jadi teringat cuplikan siroh bahwa Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar agar mereka yang hijrah (merantau) memiliki keluarga baru di tanah perantauannya.

Dalam program Student Exchange ini, setiap rangmuda/i SM Surau Merantau dipersahabatkan dengan siswa/i Incheon Yangchon Middle School.

Komunikasi terjadi melalui Grup aplikasi Kakao Talk sejak bulan Juni 2019 (5 bulan lalu, sebelum mereka datang ke SAT).

Walaupun grup nya sering sepi (utamanya karena kendala bahasa), paling tidak mereka berusaha berkenalan dengan masing – masing sahabat.

“Kopi darat” pertama mereka adalah saat kunjungan siswa/i Incheon Yangchon ke SM Surau Merantau. Saat itu mereka baru melihat sosok sahabat masing – masing. Para rangmuda/i belajar menjadi tuan rumah yang baik dan menemani sahabatnya beraktivitas. Malam tanggal 3 Agustus 2019 di Jakarta terjadi gempa bumi. Saat itu juga rangmuda Faris mencari kata “gempa bumi” dalam bahasa Inggris. Ooh… mungkin ia ingin menginformasikan gempa itu kepada sahabatnya.

Pekan ini giliran siswa/i Incheon Yangchon menjadi tuan rumah. Pihak sekolah terlihat sekali berusaha mengeratkan persahabatan ini. Mereka turut dihadirkan dalam jamuan dinner. Bahkan esok harinya beberapa orang siswi diizinkan tidak masuk sekolah untuk menemani rangmuda/i ke Gyeongbokgung Palace.

Di hari terakhir ke Sekolah Incheon Yangchon, para rangmuda/i mempresentasikan destinasi wisata, permainan tradisional dan makanan/minuman khas Indonesia. Kemudian ditutup dengan tukar menukar souvenir dan foto bersama.

Wolmi-do, 23 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Experiental Learning to Make Unforgetable memories

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini

Menarik sekali cara pihak sekolah Incheon Yangchon membuat kegiatan yang menarik dan berkesan bagi Kami. Polanya selalu sama, baik saat mereka berkunjung ke SM Surau Merantau ataupun saat di sekolah mereka, yaitu dengan cara memberikan pengalaman kepada audience untuk mencoba topik yang mereka sampaikan.

Di SAT, cara mereka memperkenalkan beberapa permainan tradisional mereka adalah sebagai berikut :

  1. Menceritakan latar belakang permainan tersebut (disertai tayangan audio visual).

  2. Memperagakan cara bermain.

  3. Mengajak audience untuk mencoba bermain.

  4. Mengajukan pertanyaan (Quiz) untuk memastikan audience mengingat apa yang telah disampaikan.

  5. Memberikan hadiah bagi yang menjawab quiz dengan tepat.

  6. Memberikan pertanyaan konfirmasi “are you happy?”

Dalam sessi kelas, mereka menjelaskan tentang kipas tradisional Korea, lalu setiap rangmuda/i diminta mewarnai kipas dari kertas menggunakan crayon khusus yang telah mereka sediakan.

Saat berkunjung ke Kantor Distrik Incheon, kami mendapat penjelasan tentang sekilas budaya tradisional Korea, salah satunya adalah lampu “hurum”. Lalu kami diminta untuk menghias lampu hurum dengan menggunakan kertas khusus, gunting, lem, greese, dan dryer. Hurum yang sudah dihias lali dimasukkan ke dalam kemasan kotak transparan cantik yang sudah mereka sediakan. Jadilah souvenir karya rangmuda/i. Sangat berkesan.

Malamnya, kami ditraktir makan di sebuah restoran seafood terkenal. Very surprising karena principal, vice principal, beberapa guru senior, serta para “brother & sister” (siswa/i Incheon Yangchon yang dipersaudarakan dengan rangmuda/i) hadir di sana…. menunjukkan keseriusan mereka menjamu kami. Selain mendapatkan pengalaman mencoba masakan Korea, kami pun mendapatkan kesempatan merasakan keramahan dan kehangatan bangsa Korea.

Seoul, 22 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Exotic nya Musim Gugur di Korea

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini

Sesuai namanya, musim gugur ditandai dengan banyaknya daun yang berguguran. Di perjalanan menuju Samsung Art Museum, kami berkesempatan melewati pohon – pohon di pinggir jalan yang daunnya berguguran. Spontan dengan noraknya para rangmuda/i berfoto ria di sekitar pepohonan tersebut.

Masak daun yang jatuh aja pengen difoto… ? Iih, Norak amat sih kalian ini….

Ada yang punya ide kolaborasi (sesuai tema merantau kami) : seorang yang di foto, seorang menjadi juru foto, dan seorang lagi bertugas mengumpulkan daun – daun yang terserak, lalu menaburkannya di depan kamera…ceritanya mau membuat efek “hujan daun di musim gugur”

Mereka pun saling memfoto temannya. Untuk mendapatkan angle yang pas, seringkali yang mengambil foto lebih keren gayanya daripada yang difoto.

Samsung Art Museum,

19 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang

Urusan Buang Hajat

Tinggalkan Komentar / Artikel/ Opini

Alhamdulillah, semua toilet yang Kami temui di Korea sangat bersih. Dilengkapi juga dengan wastafel, sabun cuci tangan dan tissue untuk kebersihan tangan setelah menunaikan hajatnya.

Tapi ada satu benda yang kami cari – cari di toilet namun tidak ada, yaitu “semprotan untuk istinja”, atau ember plus gayung.

Gara – gara tidak adanya benda tersebut, Kami jadi membatalkan urusan buang air besar. Saat brieffing pagi ini disampaikan bahwa salah satu tujuan kita hari ini adalah berfoto ria di tepi Sungai Han (I-Seoul-U), salah seorang rangmuda berkomentar : “Aduh, gua takut nih kalau ke kali….”. Temannya yang keheranan langsung menimpali : “Takut apa lo … ?“

“Gua takut, kalo ngeliat kali, jadi pengen BAB” [Buang Air Besar]. Ooh….

Setelah dari I-Seoul-U, Kami segera bergerak menuju Seoul Central Mosque di Itaewon untuk bersilaturrahim dengan Imam Masjid tersebut. Sesampainya di masjid, Kami mencari tempat wudhu. Alhamdulillah ternyata di toilet masjid kami temukan benda yang kami cari – cari di atas…!!! Tanpa pikir panjang lagi, kami tuntaskan kerinduan kami yang selama 2 hari belum “setoran”. Aaah leganyaaa…. Semoga terbuang pula semua kotoran dan penyakit dari perut kami.

Seraya kami beristighfar…. “Maafkan Kami yaaa Robbanaaa… ternyata kami rindu sekali berkunjung ke masjid-Mu di Bumi Korea ini, salah satunya untuk menunaikan hajat kami ini. Semoga Engkau tetap menerimanya sebagai sebuah bentuk ibadah Kami kepada-Mu”

#Maaf untuk topik ini nggak ada picture yaaaaaa….. Nggak usah dibayangkan lah kayak apa wajah orang yang nggak BAB 2 hari

Seoul Central Mosque

19 November 2019

Andri Fajria

SM Surau Merantau

Sekolah Alam Tangerang